Pengaruh Probiotik
Terhadap Respon Imun
Probiotik adalah
mikro-organisme hidup yang memberikan keuntungan dengan cara memperbaiki
keseimbangan mikro-organisme usus dan aktivitasnya dapat mempertahankan
keutuhan “membran mukosa usus”. Cara kerja probiotik berlangsung melalui
mekanisme produksi bahan anti-mikrobial, kompetisi pada reseptor adhesi,
kompetisi zat makanan dan stimulasi imunitas (menginduksi produksi IgA,
mengontrol reaksi fase akut, meningkatkan peran Th1-type response) dalam kadar
yang seimbang. Preparat probiotik yang beredar di pasaran terdiri dari berbagai
kombinasi bakteri terutama kombinasi lactobacilli dan bifidobacteria dengan
berbagai jenis vitamin dan mineral.
Dalam
saluran gastrointestinal juga ditemukan sejumlah besar mikro-organisme
(mikroflora) yang dalam keadaan eubiosis (status seimbang antar populasi
bakteri di dalam saluran gastrointestinal) mampu menjalankan berbagai fungsi
penting yang bermuara pada menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Namun
dalam kondisi dysbiosis (kondisi ketidakseimbangan antar populasi mikroflora
dalam saluran gastrointestinal, kondisi disfungsi mikroflora gastrointestinal),
mikroflora tersebut dapat menyebabkan munculnya berbagai gangguan kesehatan.
Ini berarti, agar tetap sehat maka keseimbangan populasi mikroflora
gastrointestinal harus terjaga.
Pengaruh probiotik pada
sistem imun :
1.
Sistem imun dalam usus.
Sistem imun dalam usus
sekitar 80% dari total sel yang memproduksi imunoglobulin dalam tubuh manusia
berada dalam lamina propria usus. Enterosit (intestinal epithelial cells, IEC)
merupakan sel imunokompeten yang berperan pada berbagai reaksi lokal terhadap
mikro-organisme patogen. Interaksi enterosit dengan faktor-faktor sekitar
selain mengaktivasi proses enzimatik terhadap antigen makanan juga mengaktivasi
ekspresi molekul adesi, MHC kelas I dan II, presentasi antigen terhadap
limfosit, produksi sitokin, transportasi sIg (secretory immunoglobulins) dan
kompleks imun dengan sIgA.
Sel
imunokompeten yang lain adalah makrofag dan sel dendrit yang memegang peran
penting dalam melindungi tubuh terhadap antigen di tingkat mukosa. Ini berarti,
sistem imun seluler yang teraktivasi oleh kehadiran mikro-organisme probiotik
akan meningkatkan produksi IgA (imunoglobulin A) yang berperan pada sistem imun
mukosa. Sintesis IgA tergantung pada sel T dan sitokin yang diproduksi oleh limfosit
yang teraktivasi.Faktor yang mempengaruhi kerja limfosit dan produksi
imunoglobulin yang bertanggungjawab terhadap timbulnya penyakit antara lain
adalah nutrisi, aktivitas fisik, tidur, emosi, umur, jenis kelamin, ritme
sirkadian, temperatur tubuh, obat-obatan dan penyakit yang sedang diderita.
Adanya hubungan antara perbaikan nafsu makan, pola tidur,
emosi dan ritme sirkadian dengan pemberian pre maupun pro-biotik. Nampaknya hal
tersebut diperankan oleh kerja produk metabolit yang dihasilkan dari proses
fermentasi mikro-organisme dalam usus. Dilaporkan bahwa penderita defisiensi
laktase memiliki toleransi yang lebih baik pada laktose dalam yoghurt
dibandingkan laktose dalam susu. Yoghurt memproduksi enzim laktase yang
membantu mencernakan laktose. Berbagai tingkat toleransi yang berbeda ditemukan
pada penelitian dengan pemberian berbagai galur lactobacillus. Juga dilaporkan
bahwa pemberian yoghurt kepada anak yang mengalami infeksi Giardia lamblia
dapat memperbaiki aktivitas laktase dalam usus. Pemberian LAB juga secara
signifikan dapat menurunkan konsentrasi toksin (seperti endotoksin) dalam serum
.
2.
Regulasi neuroendokrin pada respons fase
akut.
Stresor bekerja mempengaruhi fungsi imun dan respons
inflamasi melalui sistem syaraf simpatis dan aksis HPA (hypothalamic-pituitary-adrenal
axis). Stresor akut secara umum menstimulasi imunitas sedangkan stresor kronis
(seperti lingkungan, sosial, fisiologis, pola dan jenis makanan) mengakibatkan down-regulation
sistem imun.
Homeostasis
pada epitel usus dan proteksi terhadap kerusakan epitel diatur oleh sistem
signal TLR (“Toll Like Receptor”) yang diperankan oleh mikro-organisme komensal
usus. Nampaknya TLR juga menginduksi produksi faktor “repair”. TLR diaktivasi
oleh adanya molekul-molekul LPS (lipopolysacharide), flagelin dan lipoteichoic
acid melalui jalur intracellular signaling yang selanjutnya mengaktivasi
transkripsi nuclear factor kB (NF-kB). Efek inhibisi (“down regulation”) jalur
NF-kB yang mempunyai potensi anti-inflamasi berperan dalam mengatur proses
inflamasi dalam usus . Nutrisi enteral (NE) memegang peran penting dalam
mengontrol reaksi fase akut dan respons imun di samping sebagai pemasok kalori.
Peningkatan
parameter imun seperti aktivitas sel NK (natural killer), jumlah limfosit,
respons terhadap PHA (phytohemagglutinin) pada kelompok yang memperoleh nutrisi
enteral (kelompok NE) dibandingkan dengan kelompok yang memperoleh nutrisi
parenteral (kelompok NP). Konsumsi asam lemak jenuh terbukti mempengaruhi
respons imun, menghambat fungsi makrofag dan lebih mengaktivasi respons Th2
dibandingkan dengan respons Th1. Dengan pemberian probiotik dapat membantu
menurunkan kolesterol melalui peningkatan aktivitas hidrolase garam empedu yang
diikuti oleh peningkatan ekskresi kolesterol.
Deamita Anggi Larasati (14.0409) / Dewi Widiyarini (14.0398)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar