Sabtu, 02 Januari 2016

Pengaruh Probiotik Terhadap Respon Imun

Pengaruh Probiotik Terhadap Respon Imun
                Probiotik adalah mikro-organisme hidup yang memberikan keuntungan dengan cara memperbaiki keseimbangan mikro-organisme usus dan aktivitasnya dapat mempertahankan keutuhan “membran mukosa usus”. Cara kerja probiotik berlangsung melalui mekanisme produksi bahan anti-mikrobial, kompetisi pada reseptor adhesi, kompetisi zat makanan dan stimulasi imunitas (menginduksi produksi IgA, mengontrol reaksi fase akut, meningkatkan peran Th1-type response) dalam kadar yang seimbang. Preparat probiotik yang beredar di pasaran terdiri dari berbagai kombinasi bakteri terutama kombinasi lactobacilli dan bifidobacteria dengan berbagai jenis vitamin dan mineral.
            Dalam saluran gastrointestinal juga ditemukan sejumlah besar mikro-organisme (mikroflora) yang dalam keadaan eubiosis (status seimbang antar populasi bakteri di dalam saluran gastrointestinal) mampu menjalankan berbagai fungsi penting yang bermuara pada menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Namun dalam kondisi dysbiosis (kondisi ketidakseimbangan antar populasi mikroflora dalam saluran gastrointestinal, kondisi disfungsi mikroflora gastrointestinal), mikroflora tersebut dapat menyebabkan munculnya berbagai gangguan kesehatan. Ini berarti, agar tetap sehat maka keseimbangan populasi mikroflora gastrointestinal harus terjaga.
Pengaruh probiotik pada sistem imun :

1.             Sistem imun dalam usus.
Sistem imun dalam usus sekitar 80% dari total sel yang memproduksi imunoglobulin dalam tubuh manusia berada dalam lamina propria usus. Enterosit (intestinal epithelial cells, IEC) merupakan sel imunokompeten yang berperan pada berbagai reaksi lokal terhadap mikro-organisme patogen. Interaksi enterosit dengan faktor-faktor sekitar selain mengaktivasi proses enzimatik terhadap antigen makanan juga mengaktivasi ekspresi molekul adesi, MHC kelas I dan II, presentasi antigen terhadap limfosit, produksi sitokin, transportasi sIg (secretory immunoglobulins) dan kompleks imun dengan sIgA.

            Sel imunokompeten yang lain adalah makrofag dan sel dendrit yang memegang peran penting dalam melindungi tubuh terhadap antigen di tingkat mukosa. Ini berarti, sistem imun seluler yang teraktivasi oleh kehadiran mikro-organisme probiotik akan meningkatkan produksi IgA (imunoglobulin A) yang berperan pada sistem imun mukosa. Sintesis IgA tergantung pada sel T dan sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang teraktivasi.Faktor yang mempengaruhi kerja limfosit dan produksi imunoglobulin yang bertanggungjawab terhadap timbulnya penyakit antara lain adalah nutrisi, aktivitas fisik, tidur, emosi, umur, jenis kelamin, ritme sirkadian, temperatur tubuh, obat-obatan dan penyakit yang sedang diderita.

       Adanya hubungan antara perbaikan nafsu makan, pola tidur, emosi dan ritme sirkadian dengan pemberian pre maupun pro-biotik. Nampaknya hal tersebut diperankan oleh kerja produk metabolit yang dihasilkan dari proses fermentasi mikro-organisme dalam usus. Dilaporkan bahwa penderita defisiensi laktase memiliki toleransi yang lebih baik pada laktose dalam yoghurt dibandingkan laktose dalam susu. Yoghurt memproduksi enzim laktase yang membantu mencernakan laktose. Berbagai tingkat toleransi yang berbeda ditemukan pada penelitian dengan pemberian berbagai galur lactobacillus. Juga dilaporkan bahwa pemberian yoghurt kepada anak yang mengalami infeksi Giardia lamblia dapat memperbaiki aktivitas laktase dalam usus. Pemberian LAB juga secara signifikan dapat menurunkan konsentrasi toksin (seperti endotoksin) dalam serum .

2.             Regulasi neuroendokrin pada respons fase akut.
      Stresor bekerja mempengaruhi fungsi imun dan respons inflamasi melalui sistem syaraf simpatis dan aksis HPA (hypothalamic-pituitary-adrenal axis). Stresor akut secara umum menstimulasi imunitas sedangkan stresor kronis (seperti lingkungan, sosial, fisiologis, pola dan jenis makanan) mengakibatkan down-regulation sistem imun.
             Homeostasis pada epitel usus dan proteksi terhadap kerusakan epitel diatur oleh sistem signal TLR (“Toll Like Receptor”) yang diperankan oleh mikro-organisme komensal usus. Nampaknya TLR juga menginduksi produksi faktor “repair”. TLR diaktivasi oleh adanya molekul-molekul LPS (lipopolysacharide), flagelin dan lipoteichoic acid melalui jalur intracellular signaling yang selanjutnya mengaktivasi transkripsi nuclear factor kB (NF-kB). Efek inhibisi (“down regulation”) jalur NF-kB yang mempunyai potensi anti-inflamasi berperan dalam mengatur proses inflamasi dalam usus . Nutrisi enteral (NE) memegang peran penting dalam mengontrol reaksi fase akut dan respons imun di samping sebagai pemasok kalori.
          Peningkatan parameter imun seperti aktivitas sel NK (natural killer), jumlah limfosit, respons terhadap PHA (phytohemagglutinin) pada kelompok yang memperoleh nutrisi enteral (kelompok NE) dibandingkan dengan kelompok yang memperoleh nutrisi parenteral (kelompok NP). Konsumsi asam lemak jenuh terbukti mempengaruhi respons imun, menghambat fungsi makrofag dan lebih mengaktivasi respons Th2 dibandingkan dengan respons Th1. Dengan pemberian probiotik dapat membantu menurunkan kolesterol melalui peningkatan aktivitas hidrolase garam empedu yang diikuti oleh peningkatan ekskresi kolesterol.

 Deamita Anggi Larasati  (14.0409) / Dewi Widiyarini (14.0398)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar